cover
Contact Name
Anisa Anisa
Contact Email
anisa@ftumj.ac.id
Phone
-
Journal Mail Official
jurnal.nalars@ftumj.ac.id
Editorial Address
-
Location
Kota adm. jakarta selatan,
Dki jakarta
INDONESIA
NALARs
ISSN : 14123266     EISSN : 25496832     DOI : -
Core Subject : Engineering,
NALARs is an architecture journal which presents articles based on architectural research in micro, mezo and macro. Published articles cover all subjects as follow: architectural behaviour, space and place, traditional architecture, digital architecture, urban planning and urban design, building technology and building science.
Arjuna Subject : -
Articles 8 Documents
Search results for , issue "Vol 19, No 2 (2020): NALARs Volume 19 Nomor 2 Juli 2020" : 8 Documents clear
Kajian Kondisi Jalur Pejalan Kaki di Dalam Kawasan Kampus Universitas Bengkulu Panji Anom Ramawangsa; Atik Prihatiningrum; Besperi Besperi
NALARs Vol 19, No 2 (2020): NALARs Volume 19 Nomor 2 Juli 2020
Publisher : Universitas Muhammadiyah Jakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24853/nalars.19.2.89-96

Abstract

ABSTRAK. Berjalan kaki merupakan kegiatan yang esensial dalam menikmati suatu wilayah sekaligus moda transportasi yang alami dan tanpa emisi. Berdasarkan observasi awal peneliti, ditemukan pada kawasan Universitas Bengkulu tidak tersedia jalur pejalan kaki, jalur pejalan kaki yang terputus, serta  jalur pejalan kaki yang tidak memenuhi standar. Sehingga untuk mewujudkan jalur pejalan kaki yang memenuhi standar dan mendorong aktivitas berjalan kaki di dalam kampus maka dibutuhkan jalur pejalan kaki yang sesuai standar dan walkable. Teknik pengumpulan data dan informasi primer pada penelitian ini meliputi teknik observasi dan kuesioner untuk mengkaji tingkat aktifitas pejalan kaki di kawasan kampus. Berdasarkan penilaian yang telah dilakukan, ditemukan bahwa pada segmen 1 merupakan area dengan kondisi jalur pedestrian yang telah tersedia sesuai standar dan berfungsi dengan baik dan pada segmen 2 merupakan area yang memiliki permasalahan jalur pejalan kaki yang tidak sesuai standar sehingga perlu beberapa solusi yang tepat untuk meningkatkan kondisi jalur pejalan kaki. Kata kunci: Kampus, Observasi, Jalur Pejalan Kaki ABSTRACT. Walking is an essential activity in enjoying an area as well as a mode of transportation that is natural and without emissions. Based on the researchers' preliminary observations, it was found that there were no pedestrian paths in the University of Bengkulu area, broken pedestrian paths, and pedestrian paths that did not meet standards. To realize pedestrian paths that meet the criteria and encourage walking activities on campus, pedestrian paths appropriate to the standard and walkable are needed. This study's primary data and information collection techniques include observation and questionnaire techniques to assess the level of pedestrian activity in the campus area. Based on the assessment that has been done, it was found that in segment 1 is an area with pedestrian track conditions that have been available according to the standard and functioning correctly. Segment 2 is an area with pedestrian path problems that are not following standards, so it needs some appropriate solutions to improve pedestrian path conditions. Keywords: Campus, Observation, Pedestrian Way
Kajian Ornamen pada Rumah Tradisional Madura Dyan Agustin; Nur Rahmatul Lailiyah; Mu'ammar Fadhil; M Ferdiyan Arya
NALARs Vol 19, No 2 (2020): NALARs Volume 19 Nomor 2 Juli 2020
Publisher : Universitas Muhammadiyah Jakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24853/nalars.19.2.97-104

Abstract

ABSTRAK. Ornamen merupakan suatu hiasan yang dibentuk dengan mengembangkan dari bentuk-bentuk yang ada di alam. Ornamen pada bangunan tradisional berbentuk ragam hias dimana teknik maupun pengungkapannya dibuat menurut aturan-aturan, norma serta pola yang telah digariskan dan menjadi kesepakatan bersama dan diwariskan secara turun temurun.  Pada rumah tinggal Madura, terdapat ornamen dalam elemen arsitekturalnya dimana keberadaan ornamen tersebut tidak lepas dari adanya akulturasi kebudayaan antar suku yang menetap di Madura. Penelitian ini membahas akulturasi kebudayaan mana saja yang mempengaruhi bentuk, warna ornamen di rumah tradisional Madura serta makna dari masing-masing motif ornamen yang digunakan. Metode yang digunakan adalah metode kualitatif dengan analisis deduktif untuk mengetahui rupa visual dari ornamen pada rumah tradisional di Madura. Hasil analisis menunjukkan beberapa motif yang digunakan pada rumah tradisional Madura antara lain motif flora, fauna antara lain motif ekor ular, naga, burung phoenix dan motif swastika. Pada motif flora-swastika merupakan akulturasi kebudayaan dari Cina, Jawa hindu, dan Madura. Motif flora fauna didominasi dengan hasil akulturasi budaya antara Madura dengan Cina. Untuk area penempatan ornamen bagian atap, dinding, pintu, kolom. Sedangkan penempatan ormanen pada komplek hunian Tanean Lanjhang adalah roma tongghuh (rumah induk) dan Roma na’poto (Rumah Anak). Sedangkan pada kobhung (langgar), tanean (halaman), dapor (dapur), kandhang (kandang) tidak terdapat ornamen karena tempat tersebut lebih diutamakan segi fungsinya. Kata kunci: Ornamen, Rumah, Madura ABSTRACT. Ornament is a decoration that is formed by developing from the forms that exist in nature. Ornaments in traditional buildings are in the form of decoration. The techniques and disclosures are made according to the rules, norms, and patterns that have been outlined and become collective agreements and passed down from generation to generation. In Madura's house, there is an ornament in its architectural element where the decoration's existence is inseparable from the acculturation of cultures between tribes who settled in Madura. This study discusses which cultural acculturation influences the shape, the colour of ornaments in traditional Madurese homes, and the meaning of each ornamental motif used. The method used is a qualitative method with a deductive research method to determine the visual appearance of ornaments in traditional houses in Madura. The analysis results showed several motifs used in traditional Madurese homes, including flora and fauna motifs, including snake-tailed motifs, dragons, phoenixes, and swastika motifs. The flora-swastika motif is an acculturation of culture from China, Hinduism, Java, and Madura. The motif of flora and fauna is dominated by the results of cultural acculturation between Madura and China. For the ornamental placement area of the roof, walls, doors, columns. The placement of people in Tanean Lanjhang residential complex is Rome Tongghuh (main house) and Roma na'poto (Children's House). While in kobhung (langgar), tanean (page), dapor (kitchen), kandhang (cage), there are no ornaments because the place is preferred in terms of function.Keywords: Ornament, House, Madura 
Kajian Aspek Vernakularitas Pada Rumah Kilungan Di Kota Lama Kudus Anisa Anisa; Ratna Dewi Nur'aini
NALARs Vol 19, No 2 (2020): NALARs Volume 19 Nomor 2 Juli 2020
Publisher : Universitas Muhammadiyah Jakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24853/nalars.19.2.105-114

Abstract

ABSTRAK. Kota Lama Kudus mempunyai karakteristik menarik dengan adanya tiga elemen yaitu menara, masjid, dan makam, yang ketiganya mempunyai daya tarik dan pengikat bangunan-bangunan di sekitarnya. Rumah kilungan merupakan sebutan lokal rumah yang berada dalam satu lingkup dinding tinggi masif setinggi 3-4 meter, yang berisi rumah tradisional atau rumah gedong. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi, mendeskripsikan, dan menafsirkan makna aspek vernakularitas rumah kilungan di Kota Lama Kudus. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif dengan studi kasus rumah di dalam kilungan di Kota Lama Kudus. Rumah Kilungan Kudus mempunyai susunan jogosatru, gedongan dan pawon. Keseluruhan material rumah kilungan terbuat dari kayu, digunakan pada kuda-kuda, dinding, gebyok, tiang, blandar, pintu dan jendela, kecuali pada lantai dan penutup atap.Tujuan utama rumah kilungan dibuat untuk melindungi barang dagangan yang tersimpan di dalam rumah. Latar sebagai pusat atau orientasi permukiman merupakan ruang terbuka yang dapat langsung terlihat ketika  memasuki kilungan. Pada aspek budaya ditemukan keterkaitan antara bentuk rumah dengan aktivitas masyarakat yaitu mengaji dan berdagang, mempunyai pintu penghubung dengan tetangga meskipun tidak terdapat hubungan kekerabatan. Penempatan pintu masuk kilungan dari arah samping dan menuju ke latar ini dapat dimaknai bahwa rumah kilungan mempunyai privasi yang tinggi. Pada aspek lingkungan, Kota Kudus dikenal sebagai kota santri, bangunan utama dalam rumah kilungan menghadap selatan, mempunyai lahan memanjang utara-selatan, orientasi ke arah latar dan terdapat pintu masuk dari arah samping.Kata kunci: Kilungan, Kota Lama Kudus, Latar, Material Kayu, VernakularABSTRACT. Kudus Old City has a characteristic with the three elements of the tower, mosque, and tomb, which have the appeal and binding of the surrounding buildings. The kilungan house is a local design in a massive 3-4 meter high wall, which contains a traditional or gedong house. The objectives are to identify, describe, and interpret the meaning of vernacular aspects of the kilungan house in Kudus Old City. This research used a descriptive qualitative method with a case study of a kilungan house in Kudus Old City. Kilungan house has an arrangement of jogosatru, gedongan, and pawon. The house's entire material is made of wood, used on kuda-kuda, walls, gebyok, column, blandar, doors, and windows, except on the floor and roof coverings. Latar as the center or orientation of the settlement is an open space that can be directly seen when entering kilungan. In the cultural aspect, found the relation between the form of the house with community activities, especially praying and trading has a connecting door with neighbors even though there is no kinship. The entrance of kilungan from the side and towards the Latar can be interpreted as the kilungan house with high privacy. In the environmental aspect, the Kudus City is known as the city of santri. The main building in the kilungan house is south orientation, has a land stretching north-south, orienting towards the Latar, and there is an entrance from the side.Keywords: Kilungan, Kudus Old City, Latar, Wood Material, Vernacular
Behavioral Mapping Dan Adaptasi Terhadap Lingkungan Pada Squatter Settlement Hariyo Pamungkas; Yayi Arsandrie
NALARs Vol 19, No 2 (2020): NALARs Volume 19 Nomor 2 Juli 2020
Publisher : Universitas Muhammadiyah Jakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24853/nalars.19.2.115-130

Abstract

ABSTRAK. Hunian, seringkali mengambil peran krusial sebagai wadah kehidupan manusia, esensi serta eksistensinya seolah hampir tidak pernah luput dan menjadi standar pencapaian sebagai dasar kebutuhan hidup. Keterbatasan lahan serta tidak terjangkaunya biaya membuat sebagian lapisan masyarakat berimprovisasi untuk mendapatkannya. Malfungsi terhadap tata ruang serta lahan pun terjadi sehingga terbentuklah squatter settlements, salah satunya di Semanggi, Surakarta. Merespon hal ini, tindakan penataan kawasan tanpa pemindahan dilakukan oleh pihak berwenang sebagai titik temu demi kebaikan bersama. Penelitian ini dilakukan untuk menggali sejauh mana komunikasi yang telah terbentuk antara warga squatter settlements dengan pihak berwenang yang berkaitan dengan penataan kawasan, bagaimana perilaku yang terbentuk di squatter settlements melalui behavioral mapping, serta adaptasi yang terjadi di squatter settlements. Penelitian ini berbasis rasionalistik, kualitatif dengan memanfaatkan observasi, serta wawancara. Hasil penelitian menunjukan bahwa eksistensi dari ruang publik sangatlah penting, Warga memanfaatkan jalan, tanggul, puing-puing sebagai wadah interaksi sosial dan bertetangga. Hasil lain menunjukan adanya adaptasi yang dilakukan oleh warga pada area squatter settlements yang dipengaruhi oleh beberapa faktor. Perlunya penggalian lebih dalam terhadap kebutuhan ruang baik itu ruang didalam hunian, maupun ruang publik diperlukan untuk mengantisipasi terjadinya perilaku serta adaptasi yang mengarah pada hal-hal yang tidak diinginkan yang disebabkan oleh kurang terwadahinya aktivitas setelah selesainya penataan kawasan. Kata Kunci: Adaptasi Lingkungan, Behavioral Mapping, Squatter Settlements ABSTRACT. Residential often takes a crucial role as a container of human life; its essence and existence rarely escape and become a standard of achievement as the basis for life's needs. Limited land and unreachable costs make some layers of society improvise to get it. Malfunctions in spatial planning and property ensued so that squatter settlements were formed, one of which was in Semanggi, Surakarta. Responding to this, the act of structuring the area without relocation was carried out by the authorities as a meeting point for the common good. This research was conducted to explore the extent of communication that has been formed between squatter settlements and authorities relating to the arrangement of the area, how the behaviour formed in squatter settlements through behavioural mapping and adaptations that occur in squatter settlements. This research is based on rationalistic, qualitative by using observation and interviews. The results showed that the existence of public space is essential. Residents use roads, riverbanks, debris as a place for social interaction and neighbours. Other findings show that there are adaptations made by residents in the squatter settlements that are influenced by several factors. The need for deeper excavation of space needs both in a residential area, and public space is required in order to anticipate the occurrence of behaviour and adaptation that leads to things that are not desirable due to the lack of activities in the area after the completion of the area.Keywords: Environmental Adaptation, Behavioral Mapping, Squatter Settlements
Sensasi Termal Pelajar di Dalam Ruang Kelas Humairoh Razak; Fitri Wulandari
NALARs Vol 19, No 2 (2020): NALARs Volume 19 Nomor 2 Juli 2020
Publisher : Universitas Muhammadiyah Jakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24853/nalars.19.2.81-88

Abstract

ABSTRAK. Kota Banjarmasin memiliki iklim tropis lembab, kenyamanan termal menjadi unsur kenyamanan yang vital untuk dicapai khususnya untuk efektifitas kegiatan belajar bagi pelajar. Terutama dengan terjadinya pemanasan global, penggunaan penghawaan buatan seperti Air Conditioning (AC) justru akan memperparah terjadinya climate change karena AC merupakan salah satu sumber utama penghasil emisi. Metode pelaksaan penelitian ini dengan menggabungkan metode kuantitatif dan kualitatif. Metode kuantitatif digunakan untuk mengetahui kondisi termal di dalam dan di luar ruang kelas dengan mencari temperatur efektif kondisi termal di dalam ruang kelas dan kondisi iklim lingkungan sekolah dengan menggunakan alat environmental meter. Sedangkan metode kualitatif untuk mengetahui sensasi termal yang dirasakan pelajar saat berada di dalam ruang kelas, pengambilan data dilakukan 3 kali dengan interval 2 jam dimulai pukul 08.00 WITA. Hasil penelitian menunjukan bahwa sensasi termal yang dirasakan oleh pelajar pada pukul 08.00 dan pukul 10.00 WITA kurang dari 30% yang merasa nyaman saat berada di dalam ruang kelas dan tersisa hanya 5.14% pelajar yang merasa nyaman pada pukul 12.00 WITA. Puncaknya pada pukul 12.00 WITA saat matahari berada persis di puncak tertinggi 93.15% pelajar merasakan kepanasan, yaitu terasa agak panas, panas dan panas sekali. Hal ini didukung dengan data kuantitatif yang temperatur efektif di dalam ruang kelas berada di atas batas kenyamanan Webb, yaitu 30.58°C TE pada pukul 08.00 WITA, meningkat menjadi 31.38°C TE pada pukul 10.00 WITA dan puncak tertinggi pada pukul 12.00 WITA mencapai 31.57°C TE. Kata kunci: Kenyamanan Termal, Temperatur Efektif, Lubang Udara, Ruang Kelas, Ventilasi Silang ABSTRACT. Banjarmasin city has a humid tropical climate, which makes thermal comfort one of the vital comfort elements to be achieved. Especially for the effectiveness of the students' learning activities. Global warming is a hot topic today; the use of artificial ventilation such as air conditioning (AC) will aggravate climate change. AC is one of the primary sources of global emission. This research used both quantitative and qualitative methods. The quantitative approach is used to determine thermal conditions inside and outside the classroom by finding the classroom's effective temperature and school environment using environmental meter tools. On the other hand, the qualitative method is used to determine student's thermal sensations inside the classroom. Data collection was carried out three times in 2-hour intervals starting at 08.00 WITA. The results showed that the students' thermal feeling inside the classroom at 8:00, and 10:00 WITA was less than 30% who felt comfortable while only 5.14% felt comfortable at 12.00 WITA. The peak is at 12.00 WITA when the sun is precisely at the highest peak, 93.15 % of students feel discomfort, which is feeling rather hot, hot, and very hot. This is supported by quantitative data where the effective temperature in the classroom is over Webb's comfort limit, which is 30.58 ° C ET at 08.00 WITA, increasing to 31.38 ° C at 10:00 WITA and the highest peak at 12.00 WITA reaching 31.57 ° C ET. Keywords: Thermal Comfort, Effective Temperature, Air Opening, Classroom, Cross Ventilation
Identifikasi Struktur Bangunan Rumah Tradisional di Desa Pinggirpapas Anisah Nur Fajarwati; Medi Efendi; Suhariyanto Suhariyanto; Sudarmanto Sudarmanto
NALARs Vol 19, No 2 (2020): NALARs Volume 19 Nomor 2 Juli 2020
Publisher : Universitas Muhammadiyah Jakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24853/nalars.19.2.139-148

Abstract

ABSTRAK. Arsitektur tradisional di Desa Pinggirpapas memiliki karakter dan kekhasan tersendiri. Karakter yang kuat dapat dilihat dari bentuk bangunan rumah tradisional yang mengandung nilai filosofis. Bangunan rumah tinggal di Desa Pinggirpapas terdiri dari tiga massa bangunan yang terikat dalam tanean atau halaman. Penelitian dengan judul Identifikasi Struktur Rumah Tinggal Tradisional di Desa Pinggirpapas, Kabupaten Sumenep bertujuan untuk mengenal bagian-bagian struktural konstruksi bangunan rumah tinggal tradisional yang masih menunjukkan jejak keaslian.  Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode rasional-kualitatif yang bersifat deskriptif dan eksploratif, serta dalam pemilihan sampel bangunan digunakan metode purposive sampling. Analisis data dilakukan berdasarkan pembagian struktur bangunan yang terdiri dari struktur bawah, tengah, dan atas. Hasil penelitian menunjukkan bahwa rumah tradisional di Desa Pingirpapas memiliki keragaman struktur mulai dari struktur pandemen (pondasi), struktur tana’ (lantai), struktur canggha dan sasaka ageng (kolom), dan struktur ata’ (atap). Struktur bangunan rumah tradisional dibuat dengan sistem bongkar – pasang sehingga dapat dipindahkan dari satu tempat ke tempat yang lain. Ketiga massa bangunan menggunakan perpaduan material alam. Kayu jati untuk keseluruhan rangka bangunan (badan bangunan dan rangka atap). Batu karang untuk kaki bangunan atau pondasi, dan genteng tanah liat dari Palembang untuk penutup atap. Kata kunci: Struktur, Rumah Tradisional, Desa Pinggirpapas ABSTRACT. Traditional architecture in the village of Pinggirpapas has its character and uniqueness. A strong character can be seen in the form of traditional house buildings that contain philosophical values. Residential buildings in the village of Pinggirpapas consist of three building masses bound in a Tanean or courtyard. Research with the title Identification of Traditional Residential Structures in Pinggirpapas Village, Sumenep Regency aims to recognize the structural parts of traditional residential building construction that still show traces of authenticity. The study uses descriptive rational-qualitative methods that are descriptive and exploratory, and in the selection of building samples, the purposive sampling method is used. The parameter used as a reference in this study is the suitability of secondary data (theory) with the building's empirical conditions. Data analysis was performed based on the division of building structures consisting of the lower, middle, and upper structures. The results showed that traditional houses in Pingirpapas village had a variety of structures ranging from Pandemen (foundations), tana' structures (floors), Canggha structures and Sasaka Ageng (columns), and structures to Ata (roofs). The construction of a traditional house building is made with a knock-down system to move from one place to another. The three-building masses use a combination of natural materials. Teak wood for the overall frame of the building (building and roof frame). A chunk of coral reefs for building footings and clay tile from Palembang for roofing. Keywords: Structure, Traditional House, Pinggirpapas Village
Evolusi Pada Tatanan Ruang Rumah Baduy (Studi Kasus Rumah Baduy Dalam dan Baduy Luar) Diana Susilowati; Atiek Suprapti Budiarto; R Siti Rukayah; Pancawati Dewi
NALARs Vol 19, No 2 (2020): NALARs Volume 19 Nomor 2 Juli 2020
Publisher : Universitas Muhammadiyah Jakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24853/nalars.19.2.131-138

Abstract

ABSTRAK. Ruang dibentuk oleh api pada saat membuat api unggun. Ruang atau tempat untuk mempertahankan api tersebut yang disebut dengan perapian (fireplace). Tujuan penelitian ini dibuat untuk memperkuat posisi studi tentang api dalam pemahaman terhadap ruang. Keterangan inilah yang menjadi latar belakang dilakukannya penelitian mengenai penggunaan perapian di rumah Baduy Dalam dan Baduy Luar, sehingga nantinya memperkaya perkembangan arsitektur Nusantara. Metode penelitian yang digunakan dalam tulisan ini adalah metode interpretive-historical research, dimana metode ini digunakan untuk mendapatkan data-data tentang perubahan atau pergeseran yang terjadi pada pola tatanan ruang dalam serta segmentasi ruang yang ada di rumah Baduy Dalam dan Baduy Luar. Pada penelitian sebelumnya banyak yang menerangkan keterkaitan antara api dan ruang. Api sebagai pencipta ruangan dapat tercipta melalui kegiatan yang terkait penggunaan api, diantaranya kegiatan untuk menghangatkan badan, memasak juga untuk penerangan. Pada rumah Baduy Dalam dan Baduy Luar, fungsi api lebih kearah pemanfaatan ruang dan perapian, hal tersebut ditunjukkan dengan adanya kegiatan yang berkaitan dengan api. Penggunaan perapian tidak mengenal perbedaan gender, artinya semua anggota keluarga dapat menggunakan parako tersebut tanpa kecuali. Jumlah parako yang ada di rumah Baduy Dalam dan Baduy Luar biasanya terkait dengan jumlah kepala keluarga di dalam rumah tersebut, dimana masing-masing parako tersebut bertanggungjawab terhadap 1 kepala keluarga yang ada di dalamnya. Evolusi ruang yang terjadi adalah adanya penambahan ruang tepas. Asal mulanya, di rumah Baduy Dalam tatanan ruang terdiri dari imah dan sasoro, lalu muncul tepas. Tepas terbentuk karena adanya penambahan kegiatan di sekitar parako. Kata Kunci: Evolusi, Tatanan Ruang, Tungku Perapian, Baduy Dalam, Baduy Luar ABSTRACT. Space is formed by fire when making campfires. Space or place to maintain the fire is called a fireplace. The purpose of this study was to strengthen the position of the study of fire in the understanding of space. This information is the background of research on the use of fireplaces in the Baduy Dalam and Baduy Luar house so that later it will enrich the development of the archipelago architecture. The research method used in this paper is the interpretive-historical research method. This method is used to obtain data about changes or shifts that occur in the pattern of interior space and space segmentation in the Baduy Dalam and Baduy Luar house. In previous studies, many have explained the link between fire and space. Fire as a room creator can be created through activities related to the use of fire, including activities to warm the body, cooking also for lighting. In Baduy Dalam and Baduy Luar's house, the function of fire is more towards the use of space and fireplace. This is indicated by the existence of activities related to fire. The use of a furnace does not recognize gender differences, meaning that all family members can use the parako without exception. The evolution of space that occurs is the addition of peripheral space. Originally, in Baduy Dalam house, the arrangement of space consists of imah and sasoro, then appeared tepas. It has been formed because of the addition of activities around the Parako.Keywords: Evolution, Space Order, Fireplace, Baduy Dalam, Baduy Luar
Studi Perencanaan Pengelolaan Dampak Lingkungan Berkelanjutan Pada Bangunan Jenis Cabin Hotel Hapsari Wahyuningsih
NALARs Vol 19, No 2 (2020): NALARs Volume 19 Nomor 2 Juli 2020
Publisher : Universitas Muhammadiyah Jakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24853/nalars.19.2.149-156

Abstract

ABSTRAK. Pengelolaan dampak lingkungan hidup dari bangunan hotel terutama jenis cabin hotel harus sesuai dengan kemampuan dan daya dukung lingkungan setempat. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Perencanaan Pengelolaan Dampak Lingkungan Berkelanjutan yang sesuai dengan kemampuan dan daya dukung lingkungan sekitar terutama pada bangunan jenis Cabin Hotel. Variabel penelitian meliputi 2 (dua) parameter yaitu Parameter Besaran Skala Kegiatan dan Parameter Dampak Lingkungan Yang Ditimbulkan. Analisis yang digunakan pada penelitian kali ini adalah Analisis Kuantitatif dan Analisis Deskriptif Kualitatif. Hasil penelitian menunjukkan parameter besaran skala kegiatan adalah penggunaan lahan untuk bangunan dan parkir sebesar 48,53% dari total luas lahan, penggunaan air sebesar 4,8 m3/ hr, sampah yang dihasilkan sebesar 28 Kg/ h, penggunaan energi listrik dengan daya 33 KVA dan Genset 44 KVA, jumlah tenaga kerja hotel 10 orang. Hasil analisis terhadap ketersediaan ruang parkir sangat tergantung dari jenis Hotel dan segmen pasar yang dituju, yaitu segmen tidak membawa kendaraan ‘menginap’ untuk Cabin Hotel ini. Kesimpulan dari hasil penelitian adalah Perencanaan Pengelolaan Dampak Lingkungan Berkelanjutan Pada Bangunan Jenis Cabin Hotel dipengaruhi oleh besaran skala kegiatan yang terdiri dari 9 indikator yaitu luasan bangunan, penggunaan air, penggunaan energi listrik dan bbm, jenis komoditas usaha, sampah yang ditimbulkan, jumlah tenaga kerja, jenis peralatan dan mesin, konservasi lahan hijau dan ketersediaan area parkir. Kata kunci: Dampak Lingkungan; Lingkungan Berkelanjutan; Kabin Hotel ABSTRACT. Management of the environmental impact of hotel buildings, especially the type of hotel cabin, must be following the environment's capabilities and carrying capacity. This study aims to find out Sustainable Environmental Impact Management Planning that is following the abilities and carrying capacity of the surrounding environment, especially in Cabin Hotel type buildings. Research Variables include two main parameters, Parameter (1) The Scale Of Activity and Parameter (2) The Environmental Impacts that are caused. The analysis used in this research is a quantitative analysis and qualitative descriptive analysis. The results showed that the scale of the activity was land use for buildings and parking at 48.53% of the total land area, water use at 4.8 m3 / day, waste generated at 28 kg/day, the use of electrical energy with 33 KVA power and Genset 44 KVA, the number of hotel workers ten people. The analysis results of the availability of parking spaces are very dependent on the type of hotel and the target market segment. The conclusion from this research that the Planning for Sustainable Environmental Impact Management in the Hotel Cabin Type Building is influenced by the magnitude of the scale of activities consisting of 9 indicators namely the extent of the building, water use, the use of electricity and fuel, types of business commodities, waste generated, the amount of labor work, types of equipment and machinery, conservation of green land and the availability of parking areas. Keywords: Environmental Impact; Sustainable Environment; Cabin Hotel

Page 1 of 1 | Total Record : 8


Filter by Year

2020 2020


Filter By Issues
All Issue Vol 22, No 2 (2023): NALARs Volume 22 Nomor 2 Juli 2023 Vol 22, No 1 (2023): NALARs Volume 22 Nomor 1 Januari 2023 Vol 21, No 2 (2022): NALARs Volume 21 Nomor 2 Juli 2022 Vol 21, No 1 (2022): NALARs Volume 21 Nomor 1 Januari 2022 Vol 20, No 2 (2021): NALARs Volume 20 Nomor 2 Juli 2021 Vol 20, No 1 (2021): NALARs Volume 20 Nomor 1 Januari 2021 Vol 19, No 2 (2020): NALARs Volume 19 Nomor 2 Juli 2020 Vol 19, No 1 (2020): NALARs Volume 19 Nomor 1 Januari 2020 Vol 18, No 2 (2019): NALARs Volume 18 Nomor 2 Juli 2019 Vol 18, No 1 (2019): NALARs Volume 18 Nomor 1 Januari 2019 Vol 17, No 2 (2018): NALARs Volume 17 Nomor 2 Juli 2018 Vol 17, No 1 (2018): NALARs Volume 17 Nomor 1 Januari 2018 Vol 16, No 2 (2017): NALARs Volume 16 Nomor 2 Juli 2017 Vol 16, No 1 (2017): NALARs Vol 16 No 1 Januari 2017 Vol 15, No 2 (2016): NALARs Volume 15 Nomor 2 Juli 2016 Vol 15, No 2 (2016): NALARs Volume 15 Nomor 2 Juli 2016 Vol 15, No 1 (2016): NALARs Volume 15 Nomor 1 Januari 2016 Vol 15, No 1 (2016): NALARs Volume 15 Nomor 1 Januari 2016 Vol 14, No 2 (2015): NALARs Volume 14 Nomor 2 Juli 2015 Vol 14, No 2 (2015): NALARs Volume 14 Nomor 2 Juli 2015 Vol 14, No 1 (2015): NALARs Volume 14 Nomor 1 Januari 2015 Vol 14, No 1 (2015): NALARs Volume 14 Nomor 1 Januari 2015 Vol 13, No 2 (2014): NALARs Volume 13 Nomor 2 Juli 2014 Vol 13, No 2 (2014): NALARs Volume 13 Nomor 2 Juli 2014 Vol 13, No 1 (2014): NALARs Volume 13 Nomor 1 Januari 2014 Vol 13, No 1 (2014): NALARs Volume 13 Nomor 1 Januari 2014 Vol 13, No 2 (2014): Jurnal Arsitektur NALARs Volume 13 Nomor 2 Vol 12, No 2 (2013): Nalars Volume 12 Nomor 2 Juli 2013 Vol 12, No 2 (2013): Nalars Volume 12 Nomor 2 Juli 2013 Vol 12, No 1 (2013): NALARs Volume 12 Nomor 1 Januari 2013 Vol 12, No 1 (2013): NALARs Volume 12 Nomor 1 Januari 2013 Vol 11, No 2 (2012): NALARs Volume 11 Nomor 2 Juli 2012 Vol 11, No 2 (2012): NALARs Volume 11 Nomor 2 Juli 2012 Vol 11, No 1 (2012): NALARs Volume 11 Nomor 1 Januari 2012 Vol 11, No 1 (2012): NALARs Volume 11 Nomor 1 Januari 2012 Vol 10, No 2 (2011): NaLARs Volume 10 Nomor 2 Juli 2011 Vol 10, No 2 (2011): NaLARs Volume 10 Nomor 2 Juli 2011 Vol 10, No 1 (2011): NALARs Volume 10 Nomor 1 Januari 2011 Vol 10, No 1 (2011): NALARs Volume 10 Nomor 1 Januari 2011 Vol 9, No 2 (2010): NALARs Volume 9 Nomor 2 Juli 2010 Vol 9, No 2 (2010): NALARs Volume 9 Nomor 2 Juli 2010 Vol 9, No 1 (2010): NALARs Volume 9 Nomor 1 Januari 2010 Vol 9, No 1 (2010): NALARs Volume 9 Nomor 1 Januari 2010 Vol 8, No 2 (2009): NALARs Volume 8 Nomor 2 Juli 2009 Vol 8, No 2 (2009): NALARs Volume 8 Nomor 2 Juli 2009 Vol 8, No 1 (2009): NALARs Volume 8 Nomor 1 Januari 2009 Vol 8, No 1 (2009): NALARs Volume 8 Nomor 1 Januari 2009 More Issue